[Fanfic] Baby or Boy? (Part 2)

Author                :               Rinrin ^^

Judul                   :               Baby or Boy?

Main Cast          :               Ma Hae Rin (OC), Lee Taemin, Lee Jinki

Support Cast    :               Choi Minho, Kim Kibum (Key), Choi Jin Ri (Sulli)

Rating                 :               PG-13

Length                :              Chapter

Genre                  :               Romance, Friendship, OC

 

 

FF ini aku buat karena terinspirasi dari teman-teman ku di sekolah dan salah 1 novel yang pernah aku baca –Boysitter (yg memang ada beberapa adegan yg mirip sama cerita aslinya, tapi ceritanya tetap aku remake kok). Oh ya, sebelum baca FF ini, aku mau ngingetin. Aku minta maaf, kalau ada bias kalian yang ku buat jadi antagonis. Terus di sini, aku juga memang sengaja buat karakter Lee Jinki & Lee Taemin agak beda sama aslinya. Jadi kalau kalian ga suka dengan FF ini, jangan ngebash yaa?? Okee?

Semoga FF ini bisa menghibur kalian.. (:

 

 

Hae Rin’s POV

Bel tanda istirahat usai sudah berbunyi tadi. Aku pun berjalan menyusuri koridor bergegas pergi ke kelas.

 

“Buku Rumus!”

 

Tiba-tiba terdengar teriakan dari arah belakang ku. Aku menoleh ke asal suara itu. Aku yakin itu pasti Lee Jinki. Dan yeah, tepat. Itu memang dia. Ia berjalan ke arah ku seraya membawa sebuah buku di tangannya. Ia terlihat tersenyum penuh arti. Err- baiklah, ia tadi memanggil ku ‘buku rumus’ kan? Aku yakin ia pasti ingin meminta ku membantunya mengerjakan tugas. Seperti halnya ia meminjam uang pada ku setelah memanggil ku dengan sebutan ‘kantung uang’ waktu di toko buku kemarin.

Tinggal beberapa langkah lagi Jinki akan mendekati ku. Aku pun berlari secepat mungkin meninggalkan namja aneh itu. Yeah, sebenarnya aku bisa saja menghajarnya, agar dia tidak mengganggu ku lagi. Hanya saja aku malas mencari masalah dengan dia. Karena jika aku berurusan dengan Jinki maka aku juga harus berhadapan dengan Taemin dan Minho. Dan itu sungguh membuang tenaga dan waktu ku. Jadi lebih baik aku lari dan menghindar saja.

 

“Ya! Buku Rumus!! Kau mau kemana?” Aku mengabaikan teriakan Jinki dan terus mempercepat langkah ku.

 

BRUUUKK……….

 

Aku tersandung kaki ku sendiri, badan ku hampir saja jatuh dan terhuyung ke depan. Namun seseorang dari arah belakang menarik badan ku ke dalam pelukannya. Aku mendongakkan kepala. Ku lihat Taemin sedang menatap ku lekat sambil memegang tangan ku. Aku merasakan suasana berbeda. Taemin yang biasanya selalu dingin dan galak terhadap yeoja. Memberikan tatapan penuh perlindungan yang membuatku tenang. Kami bertatapan cukup lama. Hingga akhirnya kami menyadari status masing-masing.

 

“Seharusnya kau lebih berhati-hati!!” ujar Taemin sinis seraya melepas ku dari pelukannya.

“Ya!! Dan kau jangan pernah menyentuh ku!”

Aku pun membalikkan badan lalu dengan cepat berjalan menuju kelas. Wajah ku kesal, tapi hati ku tersenyum. Taemin yang menyebalkan itu, ternyata masih bisa menolong yeoja yang hampir jatuh. Berarti dia memang baik dan tak sejahat yang aku pikir.

 

Aku berjalan masuk ke dalam kelas. Ku lihat Seohyun sedang menangis di bangkunya. Aku pun mendekati Key.

“Apa yang terjadi?”

“Tadi Seohyun menyatakan perasaan ke Taemin. Tapi Taemin menolak dan menghina ia di depan siswa lain. Dan yeah karena malu, Seohyun terus saja menangis.”

Aku hanya menghela nafas dalam mendengar perkataan Key. Baiklah, ku cabut kata-kata ku tadi. Taemin itu namja menyebalkan, sombong, tidak mengerti perasaan yeoja, manusia dingin berhati es.

 

***

 

Aku menatap Ji Eun yang masih terus bergelut dengan PSP-nya.

“Aghhh.. Aku hampir gila.”

“Wae??” tanya Ji Eun masih tetap fokus dengan PSP-nya.

“Kau tidak lihat?? Kaki ku seperti kaki gajah. Kaki ku bengkak berlari-lari tidak jelas di dalam rumah. Kau tahu kan bayi yang ku asuh tadi pagi itu kembar. Aku benar-benar mengeluarkan tenaga ekstra untuk menjaga mereka.”

“Ehm—“

“Eh, tapi mereka berdua itu lucu. Apalagi kalau mereka tertawa. Benar-benar bisa membuat ku meleleh melihat senyum si kembar itu. Ah.. Kau tahu Ji Eun?? Aku malah jadi merindukan mereka sekarang.”

“Ehm—“

Kali ini aku menatap kesal ke arah Ji Eun. Dari tadi aku bercerita panjang lebar, sedangkan ia tetap sibuk dengan psp-nya dan hanya memberiku respon dengan ‘ehm’ saja.

“Tidak bisakah kau memberikan respon yang lebih panjang?” Aku melempar Ji Eun dengan bantal.

“Ya! Apa yang kau lakukan? Aish, gara-gara kau aku kalah. Pergi sana jangan ganggu aku!” Ji Eun mengerak-gerakkan tangannya mengusir ku.

 

“Seharusnya aku yang marah! Ah.. Kau menyebalkan.” Ujar ku seraya beranjak pergi meninggalkan Ji Eun.

“Aaaiissh, aku harus mengulang lagi dari awal. Dasar PSP babo. Bantal babo. Hae Rin babo.” Ji Eun memukul-mukul psp-nya ke bantal.

Aku hanya bisa mengelengkan kepala melihat tingkah anehnya yang sudah biasa ku lihat itu. Yeah, biasa. Ji Eun memang sering menyalahkan sesuatu jika hal buruk terjadi dengannya. Dan apa yang terjadi sekarang belum apa-apa jika dibanding hal aneh lainnya yang pernah ia lakukan. Misalnya seperti 2 hari yang lalu ia pernah menyalahkan sepatu  di kamar ku, yang hampir saja membuatnya mencium pintu. Padahal sepatu itu miliknya yang ia lempar sembarang ke lantai. Tapi ia malah mengoceh tidak jelas dan memarahi sepatu itu.

 

***

 

Aku melangkah masuk ke sebuah ruangan besar yang di dalamnya terdapat beberapa meja bundar berwarna putih. Tempat ini memang tidak asing bagi ku, Eomma pernah mengajak ku makan malam di sini. Aku mengedarkan pandangan ku mencari Nyonya Lee. Ku lihat seorang wanita muda melambaikan tangan seolah memberikan tanda pada ku akan keberadaannya. Aku pun mendekati wanita itu. Ia tersenyum ke arah ku. Aku pun membalas senyumannya.

“Ma Hae Rin imnida.” Aku membungkukkan badan ku. Wanita muda itu hanya tersenyum seraya mempersilahkan ku duduk.

Nyonya Lee kemudian merogoh saku blazernya. Ku lihat ia mengeluarkan selembar kertas dan memberikannya pada ku. Aku pun meraih kertas itu. Ku baca tulisan-tulisan yang ada di sana, kemudian kembali melihat ke arah Nyonya Lee.

“Anak saya benar-benar membutuhkan seorang pengasuh yang juga bisa menjadi temannya. Remaja seusia mu pasti mengerti suasana hatinya.”

Aku tersenyum mendengar perkataan Nyonya Lee.

“Mulai lusa, saya akan mengikuti workshop produk di Paris selama 2 minggu. Dan sebenarnya sebelum kau, saya sudah sering menyewa jasa pengasuh bayi. Tapi tidak ada satu pun yang bertahan, mereka meminta berhenti di tengah-tengah. Bahkan, ada juga yang sudah yakin di awal, lalu membatalkan pekerjaannya setelah melihat anak saya. Bagaimana dengan mu?”

“Ngng.. Ng.. Ng.. Aku akan mencoba nyonya Lee.” Aku menjawab ragu-ragu.

“Kau terlihat gugup Hae Rin. Tenanglah, pekerjaan ini tidak begitu sulit. Kau hanya harus menemaninya atau mengobrol dengannya. Terkadang ia memang sangat cerewet, manja dan sangat nakal. Dia juga sering membicarakan hal-hal yang mungkin tidak disukai oleh yeoja seusia mu. Jadi kau harus tahan mendengarkan cerita-ceritanya walaupun kau tidak suka. Dan terkadang dia juga memang sedikit  genit.“ Jelas nyonya Lee seraya tertawa kecil.

 

Aku sedikit menganga menatap nyonya Lee. Bukan karena melihat ekspresi tertawanya yang aneh . Tapi aku menganga mendengar kata terakhir yang nyonya Lee ucapkan. Apa katanya tadi? Genit? Apa mungkin aku salah dengar? Aissh, andwae! Jelas sekali tadi nyonya Lee mengatakan bahwa anaknya itu memang genit! Baiklah Hae Rin, sepertinya bayi nyonya Lee ini memang sedikit aneh. Atau mungkin memang amat sangat aneh. Aigoo~ aku memang perlu menyiapkan tenaga ekstra untuk 2 minggu ke depan.

 

“Bagaimana Hae Rin?” Suara nyonya Lee menyadarkanku dari pikiran aneh yang ada di benak ku.

“Eh~ ne.. Saya akan berusaha menjaga anak nyonya Lee dengan baik.”

“Dan 1 lagi, kertas yang kau pegang itu adalah daftar yang wajib kau lakukan selama 2 minggu ke depan. Di bawah itu juga tertera hal yang tidak boleh anak saya lakukan. Patuhilah peraturan-peraturan itu.”

“Ne nyonya Lee.” Aku mengangguk mantap.

“Oh ya, untuk masalah gaji. Kau boleh menentukannya sendiri.”

 

Mwo? Aku yang menentukan? Ommo, sepertinya dewi keberuntungan baru saja menempel di tubuh ku. Baiklah, apa aku minta saja 5 juta? Aish, itu sangat tidak sopan. Mana mungkin nyonya Lee mau membayar ku sebanyak itu. Ehm— tapi, guci yang seharga 17 juta yang dipecahkan anaknya. Ia biasa-biasa saja. Kalau aku minta 5 juta, keuangan nyonya Lee juga tidak akan terganggu.

“Bagaimana kalau 5 juta?”

Aku tersenyum kikuk ke arah nyonya Lee, sementara ia menatap ku kaget. Aku pun menggaruk kepala ku yang tidak gatal. Aku benar-benar malu. Pasti sekarang nyonya Lee berpikir aku ini sangat materialistis.

 

“5 juta? Kenapa begitu sedikit?”

“Eh?”

Apa katanya? Sedikit? Oh nyonya Lee, sekaya apa dirimu?

 

“Bagaimana kalau 10 juta?” tanya nyonya Lee.

“Jangan nyonya Lee. Itu…” Belum selesai aku bicara, nyonya Lee sudah mendahului ku.

“Apa itu sedikit? Baiklah 20 juta. Kau setuju?”

“Ha? N.. Ne..”

Aku mengangguk ragu. Aku benar-benar tidak percaya. Tak bisa ku bayangkan semonster dan seganas apa bayi nyonya Lee itu sehinggga aku digaji sebanyak ini?

 

“Baiklah sekarang ada yang ingin saya tanyakan, apa kau bisa dipercaya?” tanya nyonya Lee seraya menatap ku ragu.

“Ne..” Aku mengangguk mantap, lalu mengeluarkan kartu pelajar dan kertas kecil yang bertuliskan alamat rumah ku.

“Ini semua jaminannya. Tidak ada yang palsu. Jika memang saya terbukti melakukan penipuan atau melanggar kesepakatan, nyonya Lee bisa menuntut saya ke alamat ini atau menghubungi ke sekolah saya.” Jelas ku yakin. Sementara itu, entah kenapa aku melihat nyonya Lee terus saja tersenyum melihat kartu pelajar ku.

 

***

 

Author’s POV

Hae Rin berjalan gontai memasuki rumahnya. Sejenak ia terdiam menatap sebuah sofa, gadis itu menarik nafas dalam lalu menghempaskan badannya di sana. Ia ingin mengistirahatkan badannya yang hampir remuk. Mata gadis itu terlihat hendak terpejam, tapi ia terus menahannya agar ia tidak tertidur. Karena ia tahu, 1 jam lagi ia harus pergi ke rumah nyonya Lee untuk menginap di sana menjalankan tugasnya sebagai babysitter. Selang beberapa menit berlalu, Hae Rin pun membangunkan badannya. Ia kemudian menaiki tangga hendak melangkah pergi ke kamar, mempersiapkan barang-barang yang akan ia bawa ke rumah nyonya Lee. Belum sampai ke tangga yang terakhir tiba-tiba terdengar suara orang jatuh. Hae Rin membalikkan badannya, melihat ke anak tangga bawah. Ji Eun sedang terduduk di anak tangga yang ke 5 dari atas. Hae Rin sedikit tersenyum geli melihat sepupunya yang dengan pose indah berpegangan pada tangga. Ji Eun kemudian melihat ke arah Hae Rin, ia menatap Hae Rin kesal. Sedangkan Hae Rin hanya mengangkat bahu, tersenyum, lalu berjalan menuju kamarnya. Ji Eun yang merasa diabaikan merutuk tidak jelas.

“Ya! Siapa yang menyimpan tangga di sini. Arrgh.. Benar-benar berbahaya dan mengganggu jalan.”

Hae Rin yang mendengar itu hanya menarik nafas dalam. Ia sudah tahu bahwa sepupunya pasti akan melontarkan kalimat seperti itu.

 

Hae Rin sudah menyiapkan barang-barang yang perlu ia bawa ke rumah nyonya Lee. Sementara itu Ji Eun kemudian masuk ke kamar Hae Rin sambil mengerang kesakitan.

“Apakah sakit?” tanya Hae Rin.

“Tentu saja, babo.” Ji Eun melempar Hae Rin dengan bantal. Sedangkan Hae Rin hanya terkekeh.

“Oh ya, kau mau kemana? Bukannya kau baru saja pulang dari rumah Raemi? Yeoja macam apa kau ini? Baru saja pulang, dan sudah langsung pergi? Kalau eomma mu tahu, ia pasti akan sangat marah.”

“Aish.. Diamlah. Aku harus pergi bekerja. Lagi pula, aku kan sudah mengatakan pada mu, selama bekerja di rumah nyonya Lee, aku juga harus menginap di sana.”

“Jadi, hari ini kau sudah mulai bekerja di sana?”

“Ne.” Hae Rin mengangguk mantap.

“Tapi, ini baru jam 6 pagi Hae Rin-ah. Tidakkah kau terlalu cepat pergi ke sana?”

“Lebih baik cepat dari pada terlambat.” Hae Rin menyunggingkan senyum ke Ji Eun.

“Semoga kau tidak kerepotan mengurus bayi monster itu.” Ujar Ji Eun seraya tertawa.

“Hei dia bukan monster!”

“Jinja? Tapi Hae Rin-ah, berdasarkan cerita mu waktu itu. Aku sangat yakin ia pasti bayi monster! Bisa jadi itu bayi hiu atau bayi dinosaurus!”

“Hentikan Ji Eun! Jangan mengatakan itu! Ucapan adalah doa.” Hae Rin menatap kesal Ji Eun.

“Ne.. Ne.. Baiklah. Aku tarik lagi perkataan ku. Semoga bayi monster itu seperti garfield atau pororo. Kau puas?” ujar Ji Eun seraya tertawa keras.

“Kau menyebalkan.” Hae Rin pun meninggalkan Ji Eun yang masih berada di kamar.

 

***

 

Hae Rin’s POV

Aku berdiri di depan pagar sebuah rumah mewah. Jantung ku berdegup kencang, aku takut jika apa yang dikatakan Ji Eun benar. Bagaimana jika bayi yang akan ku asuh nanti memang bayi dinosaurus dan sejenisnya. Aku pun menggelengkan kepala, mencoba menghilangkan berbagai macam bentuk bayi di pikiran ku.

“Tenang Hae Rin.” Aku menarik nafas dalam.

Kemudian aku memencet sebuah tombol di samping kiri pagar. Tiba-tiba pintu pagar terbuka otomatis. Seorang dengan seragam seperti pelayan menghampiri ku sambil tersenyum. Ku lihat dari wajah, mungkin ia adalah yeoja berusia sekitar 22 tahun. Aku kemudian beralih melihat seragamnya, roknya itu benar-benar pendek. Aku tidak bisa membayangkan mungkinkah  aku akan memakai seragam seperti ini juga? Ommo, jangan sampai hal itu terjadi.

“Silahkan masuk, nyonya Lee sudah menunggu mu dari tadi.” Yeoja itu menarik ku dan tersenyum genit.

Aku pun berjalan terseret di tarik pelayan itu. Kami kemudian menyusuri paving blok lebar yang di sisinya ditumbuhi rerumputan hijau dan pohon yang rindang. Ada 4 mobil mewah terparkir di depan kami. Pelayan itu kemudian mengajak ku masuk melalui pintu utama. Begitu masuk, aku melihat ruangan yang entah dinamakan apa. Aku tidak tahu, yang pasti ruangan ini di penuhi barang-barang antik seperti guci, lukisan patung, dan lainnya.

“Ayo, ikut aku.”

Pelayan itu masih saja bertingkah genit. Ia kemudian membawa ku masuk ke sebuah ruangan besar, dengan tangga besar melingkar di bagian tengah. Beragam sofa berjejer sesuai warna dan polanya. Aku melihat nyonya Lee sedang membaca koran seraya duduk di salah satu sofa itu. Ia menoleh dan tersenyum ke arah ku.

“Sepertinya kau terlalu pagi datang ke sini.” Nyonya Lee berdiri menghampiri ku.

“Saya tidak ingin terlambat.” Jawab ku.

“Tapi ini terlalu cepat 1 jam. Pesawat saya juga masih 2 jam lagi baru datang.” Aku hanya tersenyum mendengar perkataan nyonya Lee.

“Tapi, ya sudahlah. Kajja, kita temui anak saya.” Nyonya Lee berjalan menaiki tangga, aku mengikutinya dari belakang. Kami berdua kemudian masuk ke sebuah pintu besar di lantai 2.

“Anak saya masih tidur. Kau tahu kan ini hari minggu. Di hari libur seperti ini, ia baru akan bangun pukul 9. Dan saya sudah pergi saat itu. Apa kau ingin menemuinya dulu?”

“Ne..” Aku mengangguk mantap. Tentu saja aku ingin menemui bayi monster itu. Bayi yang membuat ku mendapat gaji 20 juta. Bayi yang memecahkan guci seharga 17 juta. Bayi yang keluar malam-malam. Dan juga bayi genit yang suka membicarakan yeoja di sekolahnya.

Aku kemudian memandang sekeliling ruangan tersebut. Ku lihat sebuah ranjang besar berantahkan terletak di sana. Selimut besar dan tebal menutupi si “Nikky” itu. Dari permukaan selimut, ada gerakan naik turun yang menandakan bahwa makhluk itu bernafas. Yeah, setidaknya ia bukan dinosaurus atau pun hiu seperti yang Ji Eun katakan. Karena 2 makhluk itu tidak akan mungkin bisa menempati ranjang sebesar ini.

Nyonya Lee kemudian menghampiri ranjang dan menarik selimut yang menutupi tubuh anaknya itu. Aku belum sempat ke kepala ranjang, aku belum jelas melihat wajah anak nyonya Lee. Namun 1 hal yang berhasil membuat jantung ku berdetak tidak normal. Aku melihat betis panjang menyembul dari balik selimut. Dan kakinya terlihat normal seperti kaki namja dewasa.

“Hae Rin, ini anak saya, Lee Taemin. Kami biasa memanggilnya Nikky.” Ujar nyonya Lee seraya tersenyum pada ku.

Sontak aku pun menutup mulut dengan kedua tangan ku. Ommo~ bukankah ini Lee Taemin manusia dingin berhati es itu?? Jadi dia kah yang akan aku asuh nanti?  Dia kah si “Nikky” yang suka mendengarkan dongeng sebelum tidur itu? Baiklah, aku benar-benar berharap bahwa ini hanya mimipi. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan, jika satu sekolah tahu aku mengasuh musuh bebuyutan ku sendiri. Andwae! Mereka pasti akan menertawakan ku.

 

To Be Continued..


Comments

8 responses to “[Fanfic] Baby or Boy? (Part 2)”

  1. achaa_shawol Avatar
    achaa_shawol

    Aku pertama…..!!!!!

    Hahahahahaha buka blog ne trnyta b.o.b udh dipost,,,gomawo chingu….. *lompat2 bahagia meluk onew* PLAAAKKK

    Waahh…..Waaah…Wahhh…Gimana reaksi taemin liat haerin jd babysitternya ya???? Pasti seru!

    AKU PEENAAASAARAAAN…!!!

    Author cepat lnjut yuuuaaaaa…… 😀

    1. mau tau gimana reaksi Taemin liat Hae Rin jd babysitter-nya? liat aja di part 3. udah aku post chingu. 🙂

      gomawo~ udh baca & comment.

  2. rena_chom2 Avatar
    rena_chom2

    Haa kan benar itu taemin 😮
    tebakan aku benar!!
    Mana? Piring cantiknya?

  3. Waduhh ..
    Benerr tuhh taeminn ?
    Kekeke ..
    Lucuuu .
    lanjutt dong auhtorrr ..
    Ngepost nya jangan lama lama yakkk 😀

    1. okee lanjut~ part 3 nya udh dipost kok.

      gomawo~ udh baca & comment. ^^

  4. aulia safira putri Avatar
    aulia safira putri

    kasihan hae rin
    tapi taemin pasti malu

Leave a comment